Minggu, 27 Oktober 2013

Haruskah Kita Pesimis Dengan Rasa Kebangsaan Indonesia Saat Ini??



Ingat Pada penyelenggaraan Piala Asia tahun 2007 yang lalu di Jakarta, kita tentu masih ingat bukan??, bagaimana  seluruh orang Indonesia mendukung kesebelasan kebanggaan kita., TIMNAS sepakbola Indonesia. Semua orang berbondong-bondong ke Stadion Gelora Bung Karno untuk menyaksikan dan mendukung tim kesayangan kita. Selain itu juga pemirsa di seluruh Indonesia, dengan antusias mereka menyaksikan pertandingan yang disiarkan langsung oleh salah satu stasiun televisi swasta nasional. Para penonton di studion pun terhitung cukup banyak serta lengkap dengan atribut kebanggaan nasional kita.
Rasa Kebangsaan Indonesia
Konsep rasa kebangsaan Indonesia tumbuh dari sejarah panjang bangsa. Berawal dari hasrat ingin bersatu penduduk yang mempunyai latar belakang yang sangat majemuk, kemudian berkembang menjadi keyakinan untuk menjadi satu bangsa yang akhirnya dideklarasikan oleh sejumlah pemuda. Sejalan perkembangan perjuangan kebangsaan, keyakinan terikat sebagai satu bangsa tersebut kemudian berkembang menjadi paham nasionalisme. Kemudian berangkat dari latar belakang sejarah tersebut didefinisikanlah rasa kebangsaan, yaitu kesadaran berbangsa, merupakan rasa yang lahir secara alamiah karena adanya kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah dan aspirasi perjuangan masa lampau, serta kebersamaan dalam menghadapi tantangan sejarah masa kini. Dinamisasi kebangsaan ini dalam mencapai cita-cita bangsa berkembang menjadi wawasan kebangsaan, yakni pikiran-pikiran yang bersifat nasional dimana suatu bangsa memiliki cita-cita kehidupan dan tujuan nasional yang jelas. Berdasarkan rasa dan paham kebangsaan itu, timbul semangat kebangsaan atau semangat patriotisme.
Selama ini, rasa kebangsaan Indonesia dianggap sudah mulai luntur, hal ini dikaitkan dengan kenyataan derasnya arus globalisasi dan semakin lunturnya budaya ketimuran Indonesia. Semakin sulit kita temukan pada anak muda jaman sekarang sopan santun yang dulu dipraktekkan orang-orang tua kita pada jamannya. Semakin sulit pula kita menemukan generasi muda sekarang yang hafal butir-butir dari sila Pancasila. Meskipun penguasaan materi butir-butir Pancasila tidak dapat dijadikan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari, paling tidak hal tersebut menunjukkan adanya penurunan upaya pemantapan pemahaman kewarganegaraan pada generasi muda. Saya tidak yakin  jika kita ambil sampel di tempat-tempat umum (misalnya mall-mall) apakah pemuda-pemudi hafal 100% Lagu Indonesia Raya? Tanyakan pula, siapa pencipta lagu Indonesia Raya???? Tapi coba tanyakan, siapa yang menyanyikan lagu “Butiran Debu”? Dengan cepat pasti segera dijawab. Sekali lagi, meskipun kadar kebangsaan seseorang tidak semata-mata diukur dengan bisa tidaknya menyanyikan lagu kebangsaan, atau mengetahui lagu-lagu wajib perjuangan, paling tidak hal ini menjadi suatu peringatan bagi kita untuk mencintai bangsa dan negara ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar